Good Inspiration : Interview Maestro Pasar Modal Lo Kheng Hong
# Just My opinion
Memang benar sudah hukum alam atau tatanan peradaban manusia tiap tiap individu memiliki peminatan yang berbeda satu sama lain dalam menjalani kehidupan, baik itu hobby, cara menghidupi kehidupan, maupun alternatif memilih cara hidup. Beberapa waktu lalu saya membaca dan menonton di salah satu stasiun TV asing (Mountain Man) memlilih cara hidup dan memilih lingkungan hidup yang sangat ekstrem, yaitu di sebuah pegunungan es yang suhu disana terkadang mencapai -20* Celcius dengan hidup seorang diri atau berpasangan dengan pacar atau istrinya dengan resiko tinggal yang sangat tinggi datang setiap harinya, "He know what he to do in life and He like the way how his life".
Saya sangat tertarik dengan cara berfikir dan prinsip orang2 di acara tersebut, sama hal-nya saya sangat menyukai membaca mengetahui apa saja tentang Investasi di Pasar Modal (Stock Market), meruapakan suatu hal yang menantang menurut saya, kalau saya ibaratkan suatu pekerjaan investasi dengan investasi Resiko Tinggi (Gambling) tapi saya meyakini dunia investasi pasar modal relatif lebih aman ketimbang Dunia Gambling ketika bermain di Casino Las Vegas atau di Macau atau Casino Marina Bay Singapore,
Satu prinsip terbaik yang saya temukan setelah melalui sebahagian kecil dunia per-investasian yaitu " I'm A Gambler but I don"t like Gambling", monggo silahkan diartikan sendiri, hehehe, semoga artikel interview dengan ahlinya (Lo Kheng Hong) ini bermanfaat.
Check it Out !!!
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _
Sembari ongkang-ongkang kaki, lenggang kangkung, dan tidur pulas,
Lo Kheng Hong bisa menjadi miliarder di pasar saham dan mengeduk gain hingga 150.000%. Itukah buah filosofi ‘menjadi kaya sambil tidur’?
Asetnya
di pasar saham disebut-sebut bernilai triliunan rupiah. Ia mengoleksi
sejumlah saham yang mampu mencetak keuntungan investasi (capital gain)
hingga ratusan, ribuan, bahkan ratusan ribu persen. Tapi, jangan
bayangkan pria berusia 52 tahun ini punya karakter dan penampilan
glamour, agresif, dinamis, meledak- ledak, atau beradrenalin tinggi.
Lo
Kheng Hong adalah pribadi yang bersahaja, sabar, rendah hati, kalem,
bahkan terkesan dingin. Boleh jadi, pembawaannya inilah yang menjadikan
Kheng Hong sukses sebagai investor di pasar saham.
Yang pasti,
Kheng Hong tak hanya lihai memilih saham-saham yang mampu menghasilkan
gain besar. Ia juga mahir memosisikan diri di lantai bursa, baik saat
pasar bearish maupun bullish. Tapi Kheng Hong bukan tipe investor yang
sepanjang hari memelototi pergerakan harga saham atau setiap saat
mencermati perkembangan isu, rumor, dan berita di lantai bursa, dengan
kewaspadaan ekstra tinggi. Ia juga tidak melengkapi diri dengan
handphone canggih, laptop terkini, notebook, iPad, atau perangkat paling
mutakhir sejenisnya.
Kheng Hong memang lebih memosisikan diri
sebagai investor jangka panjang ketimbang investor jangka pendek atau
trader. Mungkin, itulah sebabnya, kalangan praktisi pasar saham
menjulukinya sebagai ‘Warren Buffett Indonesia’.
“Investor di
pasar saham kebanyakan ikut-ikutan dan tidak mengerti saham apa yang
dibeli. Kebanyakan orang panik karena mereka tidak tahu apa yang mereka
beli. Semakin cepat panik seorang investor, semakin menunjukkan bahwa ia
tidak tahu apa-apa,” kata Lo Kheng Hong kepada wartawan
Investor Daily Nurfiyasari dan
Abdul Aziz serta pewarta foto
Eko S Hilman di Jakarta, baru-baru ini.
Bagi
ayah dua anak ini, lebih menguntungkan menjadi investor jangka panjang
dibanding menjadi trader. “Kalau trading, dapatnya receh dan bisa bikin
stres. Kalau pegang saham dalam jangka panjang, dapat uangnya besar,”
ujar Kheng Hong.
Kematangan, kecerdasan, ketenangan, dan
kesabaran telah menjadikan Lo Kheng Hong sebagai pemain saham sejati.
Berkat itu pula ia berhasil lolos dari krisis moneter 1997- 1998, bahkan
kemudian menangguk keuntungan hingga 150.000%. ”Waktu krisis 2008, saya
sempat jatuh. Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga
uang saya tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham. Akhirnya uang
saya meningkat 150.000% sampai saat ini,” tuturnya.
Yang unik,
aset kekayaan Lo Kheng Hong hampir seluruhnya dalam bentuk saham
sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI). Ia sama sekali tidak
tergoda untuk mendiversifikasi investasinya ke instrumen lain, seperti
emas, properti, atau kendaraan Bahkan, mantan kepala cabang Bank Ekonomi
ini sama sekali tak tertarik untuk mendirikan perusahaan, termasuk
perusahaan sekuritas.
“Saya hanya punya 15% dana cash untuk
jaga-jaga supaya kalau terjadi krisis saya masih punya uang untukmembeli
saham. Saya tidak bekerja, tidak punya perusahaan, tidak punya
pelanggan seorang pun, tidak punya karyawan seorang pun, dan tak punya
bos. Hanya punya seorang sopir dan dua pembantu,” papar Lo Kheng Hong
yang sudah 22 tahun bermain saham.
Apa saja tips Lo Kheng Hong
hingga ia mampu mengeduk keuntungan besar dari pasar saham? Bagaimana
harus bersikap saat pasar mengalami
bullish,
bearish, atau
crash?
Berikut petikan lengkap wawancara dengan pria yang mengaku berasal dari
keluarga tak mampu dan kelak berniat menyumbangkan kekayaannya kepada
fakir miskin tersebut.
K
enapa Anda tertarik bermain saham?Saya tertarik bermain saham karena saham dapat memberikan keuntungan yang besar dan tidak capek seperti di sektor riil.
Apa enaknya menjadi investor saham?Pertama,
seorang pemain saham dapat menjadi orang yang terkaya di dunia, seperti
Warren Buffett. Banyak orang yang tidak tahu dan tidak percaya. Mereka
hanya tahu banyak orang yang rugi, orang kaya jadi miskin karena bermain
saham, bahkan ada yang bunuh diri karena saham.
Kedua, seorang
pemain saham punya banyak waktu, bebas, dan tidak dipusingkan oleh
urus-mengurus karyawan, pelanggan, dan lain-lain. Di perusahaan, status
investor saham adalah sleeping partner, sehingga waktu luangnya bisa
diisi dengan hal-hal yang disukai.
Ketiga, semua keuntungan
perusahaan menjadi milik pemegang saham, padahal yang bekerja keras
adalah direksi, komisaris, manajer, dan seluruh karyawan, tetapi mereka
hanya menerima gaji dan bonus. Mereka tidak punya hak untuk mendapatkan
bagian dari keuntungan perusahaan. Memiliki perusahaan yang untung besar
seperti memiliki mesin pencetak uang.
Sejak kapan Anda bermain saham?Saya
bermain saham sejak 1989, 22 tahun yang lalu. Saya dilahirkan dari
keluarga yang berpenghasilan rendah. Orangtua hanya pegawai kecil. Saat
tamat SMA, saya belum punya biaya untuk kuliah. Kemudian saya jadi
pegawai tata usaha di bank, waktu itu saya disuruh-suruh untuk fotokopi
dan lainnya. Kemudian saya bisa bekerja sambil kuliah. Saya pilih kampus
yang murah sesuai kemampuan keuangan. Saat bekerja di bank itulah, saya
mulai main saham. Saya sempat menjadi kepala cabang. Saya kemudian
keluar dari bank dan fokus main saham.
Anda saat ini punya saham apa saja?Saya
punya saham sekitar 30 emiten, antara lain di Multibreeder Adirama
Indonesia Tbk (MBAI), dengan kepemilikan 8,29% lebih. Saham saya
banyaknya bukan di LQ45. Kepemilikan saya di saham lain di bawah 5%.
Saya tipe investor jangka panjang.
Kalau trading, dapatnya receh,
kalau jangka panjang dapat uangnya besar. Saya pegang saham ini sudah
enam tahun. Saya beli tahun 2005 seharga Rp 250 dan harganya sempat
menyentuh Rp 31.500. Belum saya jual, padahal gain-nya sudah 12.600%.
Cara Anda memilih saham?Saya
lihat manajemen. Apakah menerapkan good corporate governance (GCG) atau
tidak. Saya cari dari kompetitornya, biasanya mereka tahu. Saya cari
tahu agar tidak beli kucing dalam karung, karena ini menyangkut harta
saya. Jangan membeli sesuatu yang tidak kita tahu. Lihat manajemen,
apakah pengelolanya jujur atau tidak. Jangan sampai pengelolanya suka
ambil uang perusahaan, sehingga saya sebagai sleeping partner dirugikan.
Istilahnya, yang menjadi pertimbangan pertama adalah manajemen,
kedua manajemen, ketiga manajemen, baru yang lain. Kemudian lihat
sektor usahanya, bagus atau tidak. Ada sektor yang kurang menarik,
misalnya sepatu, tekstil, dan garmen. Tetapi ada juga yang menarik,
seperti kelapa sawit dan pakan ayam.
Orang banyak makan ayam
karena ayam merupakan sumber protein termurah dan dampak negatifnya
terhadap kesehatan lebih rendah dibanding yang lain. Perhatikan juga
apakah emiten bersangkutan mengalami pertumbuhan atau tidak.
Kriteria pertumbuhan, konkretnya seperti apa?Ada
empat tipe perusahaan. Pertama, perusahaan yang rugi terus, ada yang
kadang untung, dan kadang merugi. Kemudian, perusahaan yang untung besar
terus, tapi stagnan. Ada juga perusahaan yang
growing secara
berkala, misalnya dari Rp 2 triliun, Rp 5 triliun, dan seterusnya. Ini
perusahaan yang baik dan yang saya cari. Lihat kinerjanya lima tahun ke
belakang. Lihat masa lalunya.
Bagaimana jika lima tahun pertama tumbuh, tetapi lima tahun berikutnya ternyata turun?Biasanya kalau lima tahun ke belakang tumbuh, ke depannya akan mengalami hal yang sama. Kalau sudah lima tahun berturut-turut
growing, tandanya itu
super company.
Setelah melihat fundamental emiten, apa lagi yang Anda perhatikan?Harga. Saya lihat dari
price to earning ratio
(PER)-nya. Jangan bilang saham A karena harganya Rp 250 dibilang murah,
dan saham B yang harganya Rp 70.000 dibilang mahal. Maksudnya, saham
yang harganya Rp 70.000 bisa lebih murah dibanding saham yang harganya
Rp 250. Kita lihat kemampuan emitennya dalam membukukan keuntungan.
Berapa PER yang ideal saat membeli suatu saham?Saya pikir, yang
reasonable untuk
dibeli yaitu yang PER-nya di bawah lima kali, itu sangat menarik dan
potensial. Tapi biasanya perusahaan yang sudah baik dan manajemennya
bagus, PER-nya sudah di atas 10 kali.
Soal timing, kapan saat yang paling tepat untuk masuk pasar?Yang
paling bagus membeli saham adalah saat sedang krisis seperti di Yunani,
Eropa, dan AS. Ada pepatah lama yang tidak perlu dilupakan,
buy on weakness. Dan, harus
be greedy when others are fearful dan sebaliknya,
be fearful when others greedy.Bukankah itu sulit diterapkan?Saya
banyak baca buku tentang Warren Buffett. Saya belajar dari orang yang
sudah terbukti berhasil investasi di pasar saham. Dia sudah
membuktikannya, bahkan menjadi salah satu orang terkaya di dunia. Nggak
mungkin kan kalau saya belajar dari Bernard Madoff? Ha, ha, ha, ha...
Ternyata
orang seperti Madoff, mantan bos bursa Nasdaq tapi tidak bisa mengelola
uang nasabah. Ini menunjukkan bahwa dia hanya tahu semua peraturan di
bursa saham, tetapi tidak mengetahui bagaimana cara menjadi kaya di
pasar saham.
Berarti, kuncinya ada di mental?Mental
bisa bagus saat kita tahu apa yang kita beli. Kebanyakan orang panic
karena mereka tidak tahu apa yang mereka beli. Ini pelajaran penting.
Saya berikan ilustrasi. Waktu itu saya ke Harvard University, saya tanya
biaya kuliah di sana berapa? Ternyata bisa sampai US$ 40.000, keluar
dari sana semua jadi orang pintar. Dengan belajar seharga US$ 40.000,
kita bisa menjadi orang pintar.
Tapi di pasar saham, kita sudah
habiskan puluhan miliar rupiah belum tentu jadi pintar, malah bisa
tambah bingung, seperti Madoff yang sudah menghabiskan uang masyarakat
sebesar US$ 60 miliar, apakah dia menjadi pintar? Bisa saja di penjara
dia berpikir, kenapa saham yang dibeli turun dan yang dijual justru
naik.
Jadi, intinya pintar saja tidak cukup. Untuk menjadi
investor yang kuat, kita harus mengetahui perusahaan satu per satu.
Semua orang bisa seperti itu, asalkan mau baca. Bacalah laporan keuangan
emiten satu per satu.
Jadi, Anda tipe investor fundamental?Saya
100% fundamental karena lihat manajemennya atau pertumbuhan perusahaan.
Kalau teknikal, hanya grafik, semuanya diabaikan. Saya yakin itu tidak
benar. Tapi memang harus selektif. Dari 400-an saham yang ada di bursa
domestik, cukup banyak yang fundamentalnya bagus. Terkadang, ada yang
terjebak.
Anda tidak memantau pergerakan harga saham setiap saat?Kenapa
kita pusing? Karena kita beli saham yang tidak kita ketahui. Ada yang
tidak bisa tidur karena PER sahamnya 100 kali atau 200 kali. Lalu,
kenapa kita tidak bisa tidur kalau PER-nya hanya lima kali?
Bukankah investor sering terbawa arus karena faktor nonfundamental?Saya lihat investor di pasar modal kebanyakan ikut-ikutan. Saat
market mengalami
booming, semua masuk. Saat
market
buang-buang saham, mereka ikut-ikutan. Mayoritas hanya ikut-ikutan dan
tidak mengerti apa yang dibeli. Jadi, belajarlah dari orang yang memang
sudah berhasil dan ikuti langkahnya. Jangan percaya saat ada iklan yang
bilang dapat untung besar saat indeks turun. Kalau bisa seperti itu,
hebat sekali. Bahkan, orang sekelas Warren Buffett saja, saat pasar
saham AS turun, dia juga mengalami kerugian.
Anda berinvestasi pada instrument selain saham?Tidak,
hanya saham. Hampir semua uang saya ada di pasar modal. Dana tunai saya
hanya 15%, sisanya portofolio saham. Kenapa saya sisakan segitu? Itu
untuk antisipasi kalau pasar modal kita jatuh, sehingga saya masih bisa
beli saham lagi.
Dari mana Anda membiayai kebutuhan hidup sehari-hari?Saya
bisa hidup dari dividen yang saya terima. Misalnya harga saham suatu
emiten yang saya beli bulan lalu Rp 610, sekarang harganya Rp 2.375,
kemudian saya jual. Awalnya saya berniat menahannya untuk jangka
panjang. Tapi kalau untungnya sudah sampai 300% dalam sebulan, saya
lepas. Untuk emiten yang bagus sekali, tetap saya keep untuk jangka
panjang. Kalau emitennya kurang meyakinkan dan naiknya signifikan, lebih
baik saya lepas.
Saat krisis moneter 1997-1998 dan krisis finansial 2008, Anda mengalami kerugian juga?Saya sempat mengalaminya juga. Waktu krisis 2008, saya sempat jatuh, tapi tetap
be greedy when others are fearful.
Malah sewaktu krisis 1997-1998, saya sempat jatuh hingga uang saya
tinggal 15%. Tapi uang itu saya tukar ke saham, karena saya tahu pasar
modal akan naik lagi. Dan, itu terbukti. Akhirnya uang saya meningkat
150.000%.
Bagaimana Anda menyikapi perkembangan harga
saham saat ini, terutama yang terkait dengan krisis utang di Eropa dan
krisis finansial di AS?Saat IHSG terkoreksi, wajar saja
kalau nilai portofolio saya ikut turun. Tetapi ketika turun, saya sama
sekali tidak ikut-ikutan menjual, bahkan saya membeli dan menambah saham
saya, karena saya yakin satu hari saham-saham saya akan naik kembali,
bahkan dapat lebih tinggi dari sebelumnya.
Apa filosofi hidup Anda?Filosofi
hidup saya adalah bagaimana saya bisa menjadi kaya sambil tidur. Karena
di perusahaan status saya adalah sleeping partner, saya tidur tetapi
saham-saham perusahaan saya bekerja buat saya secara dahsyat.
Getting rich while sleeping.
Saya pakai waktu saya delapan jam untuk tidur, selebihnya saya pakai
untuk bersenang-senang dan mengerjakan apa yang saya sukai.
Source:
http://www.investor.co.id/home/lo-kheng-hong-menjadi-kaya-sambil-tidur/23199